Indonesia Pindahkan Lokasi Latihan Militer Ke Wilayah Perairan Natuna Selatan
25, Jul 2023 • TNI ALMiliter Indonesia mengatakan pada Rabu (21/6) bahwa pihaknya telah memindahkan lokasi latihan bersama angkatan laut se-Asia Tenggara ke Kepulauan Natuna Selatan dari rencana awal di Laut China Selatan, kawasan yang diklaim China sebagai teritorialnya.
Latihan tersebut, sebelumnya dijadwalkan pada 18 hingga 25 September di Laut China Selatan atau Laut Natuna Utara, akan digelar di perairan Kepulauan Natuna Selatan, kata Tentara Nasional Indonesia (TNI), tanpa mengungkapkan alasan perubahan.
“Beberapa wilayah yang akan dijadikan titik lokasi latihan meliputi Batam dan di wilayah perairan Natuna Selatan yang masuk dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I serta Sabang Mawang, Kepulauan Riau,” demikian pernyataan TNI.
Natuna Selatan, di bagian selatan Pulau Natuna Besar, masuk ke dalam wilayah Serasan, Subi, Midai, Tambelan, hingga ke perairan selat Karimata, Bangka Belitung.
Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia Laksamana Muda Julius Widjojono mengatakan bahwa pihaknya mencari lokasi kegiatan yang paling memungkinkan.
Pada 2017, Indonesia mengganti penamaan Laut China Selatan menjadi Laut Natuna sepanjang 200 mil laut sesuai zona ekonomi eksklusif (ZEE) dalam apa yang dikatakan beberapa analis sebagai sinyal ke Beijing, yang mengklaim sebagian besar laut tersebut dalam batas samar yang dikenal sebagai "sembilan garis putus-putus".
Julius menjelaskan latihan bersama ini bukan merupakan latihan militer bersenjata melainkan menitikberatkan pada aspek non-tempur seperti patroli gabungan maritim, evakuasi medis, pencarian dan penyelamatan (SAR) serta Humanitarian Assistance and Disaster Relief (HADR) atau pemberian bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana di wilayah yang disimulasikan terdampak.
“Daerah latihan diprioritaskan [ke] yang ada kemungkinan bencana,” kata Julius.
Sebelumnya, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono saat memimpin sidang ASEAN Chief of Defense Forces Meeting ke-20 di Bali mengatakan, latihan militer bersama negara-negara anggota ASEAN dilakukan untuk meningkatkan hubungan kerja sama militer sesama anggota.
Latihan itu, kata Yudo, akan mengangkat tema solidaritas ASEAN agar militer negara-negara tersebut semakin terpusat dalam menjaga stabilitas di kawasan.
“Indonesia akan terus mempromosikan kawasan yang aman, damai dan stabil bebas dari segala bentuk ancaman dan gangguan yang mengancam kedaulatan negara. Laut yang aman akan serta merta meningkatkan perekonomian negara,” kata Yudo.
Laksamana Yudo, yang dilantik sebagai panglima pada Desember 2022, memprioritaskan penjagaan keamanan di daerah rawan konflik, seperti di perairan Natuna yang kerap disusupi kapal asing dari China dan Vietnam.
Tak semua negara ASEAN setuju
Belum semua negara ASEAN memastikan kehadiran mereka dalam latihan bersama tersebut. Dalam sebuah pernyataan yang dikutip Asiatimes, Jenderal Vong Pisen, Panglima Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja, mengatakan negaranya belum setuju.
Kamboja, yang secara luas dicurigai diam-diam memberikan hak eksklusif kepada China bagi Pangkalan Angkatan Laut Ream-nya, tampaknya mempermasalahkan lokasi latihan yang diusulkan.
Kamboja membantah adanya kesepakatan pangkalan rahasia, yang akan melanggar konstitusi kerajaan.
Sementara itu Myanmar, yang mempertahankan hubungan dekat dengan China, tidak ambil bagian dalam rapat perencanaan awal untuk ASEAN Solidarity Exercise-01 Natuna (ASEX-01N).
Staf Pusat Penerangan TNI, Mayor Rudi Hernawan, menjelaskan undangan rapat resmi telah dikirimkan oleh markas besar TNI ke atase pertahanan Kamboja dan Myanmar di Jakarta. Namun sampai dengan pelaksanaan rapat kedua negara tersebut tidak merespon.
“Kalau menolak, pasti mereka akan mengirimkan pernyataan membalas undangan yang dikirimkan. Sampai dengan selesainya rapat kemarin (Senin 19 Juni), markas besar TNI belum mendapatkan balasan resmi dari kedua negara,” ujarnya.
Sementara itu, kata Rudi, negara ASEAN lainnya tercatat menghadiri rapat secara online.
China telah mengklaim “hak tradisional” atas sumber daya perikanan di wilayah sengketa tersebut dan selama dekade terakhir telah mengerahkan semakin banyak kapal paramiliter dan penjaga pantai untuk menegaskan klaimnya di zona ekonomi eksklusif (ZEE) utara Indonesia.
Pada Februari, kapal berbendera Vietnam tertangkap menangkap ikan secara ilegal di perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia, dua bulan setelah disepakatinya batas zona eksklusif kedua negara yang dicapai setelah perundingan 12 tahun.
Sementara itu, pada awal Januari kapal penjaga pantai China telah berpatroli di perairan sekitar kepulauan Natuna. CCG 5901, kapal penjaga pantai terbesar di dunia milik China itu, telah berada di area pengembangan ladang gas di wilayah sekitar Laut Natuna sejak 30 Desember 2022.
Juru bicara kedutaan besar China di Jakarta mengatakan kepada BenarNews bahwa kapal mereka berlayar "di wilayah laut yang menjadi yurisdiksi China berdasarkan hukum-hukum nasional dan internasional."
Pengadilan arbitrase Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 2016 telah memutuskan bahwa "sembilan garis putus-putus" yang diklaim China sebagai wilayahnya adalah tidak sah. Namun demikian Beijing selama ini selalu menolak putusan tersebut, dan berkeras bahwa Negara Tirai Bambu itu mempunyai yurisdiksi atas semua wilayah dalam garis putus-putus tersebut.
Pejabat China pada waktu itu mengatakan bahwa sembilan garis imajiner itu "tujuannya adalah untuk keamanan dan ketertiban di laut."
Pertimbangan geopolitik
Pakar Hubungan Internasional ASEAN dari Universitas Indonesia Muhammad Arif mengatakan keputusan memindahkan lokasi latihan bersama bukan bertujuan menantang klaim teritorial negara-negara tertentu tetapi untuk memperkuat persatuan ASEAN dan kapasitas operasional independennya untuk menjaga ketertiban di laut.
Pakar Hukum Laut Internasional dari Universitas Indonesia Arie Afriansyah menilai ada beberapa kemungkinan alasan pemindahan lokasi, di antaranya yang paling masuk akal adalah pertimbangan keselamatan dan keamanan.
“Kemungkinan takut bersinggungan dengan negara lain. Namun jika dilakukan di selatan Natuna kan nggak ada, Indonesia punya kontrol penuh di wilayah tersebut,” kata Arie kepada BenarNews.
Kemudian, lanjutnya, pangkalan udara Ranai di kepulauan Natuna juga terletak di selatan, sehingga memudahkan logistik.
Analisis spekulatif, kata Arie, pemindahan lokasi juga disebabkan adanya pertimbangan geopolitik seperti enggan membuat kegaduhan di kawasan, takut China keberatan, atau bahkan karena China sudah menyampaikan keberatan.
“Semua anggota [ASEAN] diharapkan ikut. Kalau ada beberapa anggota tidak ikut, ya berarti ada yang berbeda posisinya. Bisa jadi [pemindahan lokasi] ini untuk mempertahankan sentralitas ASEAN,” ujarnya.
“Namun jika alasannya adalah ketakutan terhadap China, ini sangat disayangkan. Karena latihan gabungan negara ASEAN ini menunjukkan kita kompak di Natuna Utara dan isu Laut China Selatan di mana ada Malaysia, Vietnam dan Filipina juga yang mendukung,” ujar dia.
Dia menilai esensi latihan ini akan berkurang karena kondisi geografi yang berbeda. “Kalau di selatan mainnya antara Kalimantan, Jawa, Sumatra sementara Natuna Utara lebih bersinggungan dengan Semenanjung Indo-China, Filipina dan Vietnam,” katanya. “Ya lokasinya bermain aman jadinya.”
Pengamat militer dan keamanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi mengatakan meski ada hambatan resistensi Kamboja dan Myanmar, pesan utama dari rencana latihan militer ini adalah sentralitas ASEAN.
“Latihan itu adalah bagian dari upaya untuk secara bersama-sama memainkan peran yang lebih strategis dalam pemeliharaan stabilitas kawasan. Nah, pesan itu tidak akan tersampaikan dengan baik jika ada negara ASEAN yang justru menolak berpartisipasi,” kata dia.
Artinya, lanjut Khairul, prakarsa Indonesia ini tidak boleh gagal hanya karena agenda-agenda ambisius. Pemindahan area latihan ini adalah jalan keluar kompromistis yang menunjukkan bahwa Indonesia berfokus pada pesan sentralitas ASEAN dan keikutsertaan seluruh negara anggota.
“Tentu saja harapannya, dengan pemindahan itu maka kepercayaan antarnegara meningkat, kekhawatiran dan kecurigaan berkurang, potensi kesalahpahaman maupun perselisihan dapat dihindari dan pesan sentralitas ASEAN benar-benar bisa digaungkan,” katanya.
Sumber Jaya 21 Militer Distributor perlengkapan militer. Kami Menyediakan Seragam, Kaos, Sepatu, Topi, dan Lain-lain. Terima Pesanan Partai Besar, Kecil, dan Eceran
Mari Belanja di Tempat Kami.