Ini Kisah Ibu Muda Asal Cianjur yang Berhasil Lepas dari Jeratan Utang Online dalam Waktu Setahun
02, Mar 2023 • UmumUtang kerap menjadi persoalan serius yang terjadi di masyarakat. Hal tersebut dirasakan oleh ibu muda asal Kabupaten Cianjur, Rika Nurul Alam.
Rika terjerat utang dari Rp 300 juta mulai dari arisan online, berbagai pinjaman online, maupun berutang kepada individu.
Ia pun tanpa sengaja pada 2019 melihat di media sosial ada komunitas yang mengajarkan untuk membuat seseorang bisa lepas dari jeratan utang riba. Komunitas itu bernama Camp Bebas Riba (CBR) Indonesia.
Pada saat itu kondisi mental dan psikisnya mulai terganggu, lantaran ancaman dari debt collector maupun identitas pribadi yang akan disebar.
Awal mula, saya ikut camp di Temanggung, satu minggu sebelum berangkat saya tidak punya uang. Pengorbanan suami saya jual handphone buat ongkos ke sana,” ujarnya saat memberikan testimoni pada acara Camp Bebas Riba ke-25 di Idea's Hotel Jalan Ibrahim Adjie, Kota Bandung, Minggu (25/2/2023).
Karena ingin mendapat ilmu, ia nekat mengikuti acara di Jawa Tengah tersebut, jauh dari rumahnya yang berada di Cianjur.
“Ternyata utang saya Rp 300 juta tidak ada apa-apanya, banyak teman-teman di camp utangnya sampai miliaran," ujarnya.
Rika yang pegawai di salah satu perusahaan BUMN itu mengakui punya predikat baik selama lima tahun ia bekerja di BUMN tersebut. Namun karena sekitar tahun 2018-2019 ia terjerat utang riba, salah satunya arisan online, ia pun merasa tidak enak bekerja di perusahaan itu.
Ini karena ada beberapa telepon berupa ancaman kepada perusahaan tempat saya bekerja," ujarnya.
Akhirnya, ia memutuskan untuk move on, keluar dari pekerjaanya setelah ia mengikuti pelatihan di Camp Bebas Riba itu.
Rika memutuskan untuk disiplin diri, memisahkan antara kebutuhan dan keinginan, dan menguatkan mental dalam menghadapi cebt collector. Ia pun berdisiplin dengan membuat beberapa celengan untuk membayar utang dan memenuhi kebutuhan yang penting saja.
Saya lakukan disiplin selama satu tahun dan alhamdulillah berhasil," ujarnya.
Rika menuturkan, dalam sehari ia berhadapan dengan tiga debt collector, belum menerima panggilan ancaman dan teror yang menyasar kepada psikisnya.
"Jangan kira pinjol sepele, hati-hati mental kita bisa rusak karena dicaci maki orang, data kita disebar. Terbayang kan tertekannya berhadapan dengan hal tersebut setiap hari," ujarnya.
Rika lalu memutuskan untuk menjual aset pada tahun 2019-2020, yakni sebuah ruko sederhana dan dua unit sepeda motor.
"Setelah jual aset, utang cuma ketutup Rp 180 juta, sisanya Rp 120 jutaan saya berusaha keras untuk melunasinya. Saya juga buat pemetaan utang atau debt map. Jadi utang kepada siapa saja saya catat, yang sudah lunas saya coret," ujar Rika.
Menurutnya, ketika menjelang tidur ia merasa bersyukur saat satu persatu utangnya lunas. Ia pun bertekad tidak mau berutang lagi, apalagi sampai terjerat riba. Yang jelas saat satu per satu utang lunas ia dapat tidur jauh lebih tenang.
Utang yang berat itu sebenarnya perorangan, apalagi ke saudara. Sebab jika utang ke lembaga, itu sudah ada aturan hukumnya," katanya. (*)